Selasa, 05 Agustus 2008

Tugas 5

1. Carilah informasi tentang motivasi, frustasi dan konflik ?
Pengertian Motivasi
Sebelum penulis membahas pengertian motivasi, penulis terlebih dahulu akan mengutarakan asal kata dari motivasi. Perkataan motivasi berasal dari bahasa inggris “Motivations” perkataan asalnya adalah “motive”, yang juga telah dipinjamkan oleh bahasa melayu “Motif” yaitu bermaksud tujuan.
Sering kita dengar dalam suatu kalimat yaitu “motif pembunuhan”, perkataan motif disini boleh dipahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu. Motivasi berpangkal pada kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan bahkan motif diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan)
Motivasi merupakan suatu proses untuk menggalakan suatu tingkah laku supaya dapat mencapai maklumat-maklumat yang tertentu. Motivasi secara umum sering diartikan sebagai suatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong mengaktifkan , menggerakan dan mengarahkan perilaku seseorang . dengan kata lain motivasi ada dalam diri seseorang dalam wujut niat harapan keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Konsep motivasi memang susah dipahami karena kesannya tidak dapat diketahui secara langsung . Seseorang guru terpaksa melibatkan proses pelbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi perubahan, keinginan, keperluan dan maklumatnya.
Menurut Mc. Donald bahwa motivasi itu adalah perubahan energi dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian tersebut bila diperhatiakan bahwa motivasi mengandung tiga elemen/cirri pokok. Yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling dan dirangsang adanya tujuan.
Namun pada dasarnya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu . Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan membentuk arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan , sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar , tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Dari urain tersebut penulis menghubungakan dengan hasil pengamatan dan pengalaman penulis, bahwa kecenderungan berkurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran sosiologi disebabkan karena beberapa factor; diantaranya adalah rasa jenuh, bosan. Karena selama ini metode yang digunakan adalah ceramah tidak bervariasi, sehingga terkesan membosankan . Oleh karena itu perlu diberikan motivasi atau semangat dan merubah metode yang tidak bervariasi dan setelah ceramah diberikan tugas untuk melakukan pengamatan langsung, sehingga kejenuhan atau kebosanan dalam kelas dapat dihindari.
Memberikan motivasi yang dimaksud disini adalah memberikan dorongan atau semangat dalam mengikuti pelajaran sosiologi. Dalam soal belajar motivasi ini sangat penting . Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.
Pengertian frustasi
Frustasi bisa dibayangkan sebagai kekecewaan yang membisul, ingin selalu meledak entah dalam bentuk apa saja menurut yang bisa. Asalnya ialah mempunyai kehendak, cita-cita atau kemauan yang terhalang, tak tercapai atau kandas ditengah jalan.
Pengertian konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Faktor penyebab konflik

  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

  • Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

[sunting] Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

  • konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • konflik antar atau tidk antar agama
  • konflik antar politik.

[sunting] Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

  • meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  • perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
  • kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
  • Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.

[sunting] Contoh konflik

2. Apa yang dimaksud dengan kepribadian dan bagaimana cara mengukurnya ?
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat-sifat
khas diri kita yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari
lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan
kita sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah
campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang
bersifat fisik. Kepribadian itu sebetulnya adalah pemberian Tuhan yang sebetulnya sangat berkaitan dengan komposisi fisik kita ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Misalnya, ada orang yang mudah cemas, kita tidak bisa langsung berkata orang ini beriman lemah, tapi memang sejak lahir jantungnya peka, mudah sekali merasakan getaran-getaran yang bersumber dari luar dirinya. Akibatnya dia lebih mudah dikejutkan, merasa tegang, dan lebih rawan terhadap kecemasan. Kepribadian mempunyai empat kategori yaitu :

TIPE SANGUIN. Tipe ini mempunyai banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai
gairah hidup, bisa membuat lingkungannya gembira, senang. Tapi kelemahannya
adalah cenderung impulsive, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya.
Jadi orang dengan kepribadian sanguin mudah sekali dipengaruhi oleh
lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dia kurang bisa
menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Dalam bukunya Tim LaHaye,
orang-orang sanguin cenderung mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan
dari luar bisa begitu memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya.

TIPE FLEGMATIK. Tipe flegmatik adalah orang yang cenderung tenang dan dari
luar cenderung tidak beremosi. Dia tidak menampakkan emosi, misalnya, sedih
atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak nampak dengan jelas. Orang ini
cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan introspektif sekali,
memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah
yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat,
penonton yang tajam dan juga seorang pengkritik yang berbobot. Kelemahannya
adalah cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini
membuat dia jadi orang yang kurang mau berkorban bagi yang lain. Maka salah
satu buah Roh Kudus yang perlu ditingkatkan dalam dirinya adalah kemurahan
atau murah hati. Karena dia cenderung menjadi orang yang egois.

TIPE MELANKOLIK. Orang yang melankolik adalah orang yang terobsesi dengan
karya yang paling bagus, yang paling sempurna, mengerti estetika keindahan
hidup ini dan perasaannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahan orang
melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering
perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung.
Tidak mudah bagi orang melankolik itu untuk terangkat, untuk senang, atau
tertawa terbahak-bahak.

TIPE KOLERIK. Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas.
Dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi.
Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung
jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang kolerik adalah
kemampuannya untuk bisa merasakan perasaan orang lain agak kurang, belas
kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena
perasaannya kurang bermain.
Cara mengukur kepribadian

Ada banyak cara mengukur berapa sehat tidaknya kepribadian seseorang,
salah satunya adalah melalui lima karakteristik berikut ini:

Neurotisisme: Faktor ini merujuk kepada kesanggupan orang menanggung
tekanan hidup. Orang yang bermasalah adalah orang yang memiliki tuntutan yang
tidak realistik sehingga rawan terhadap stres bila keinginannya tidak tercapai.
Akibatnya ia rentan terhadap depresi dan kemarahan. Kerap kali ia dibuat lumpuh
oleh masalahnya atau, ia akan menyalurkan stres itu ke tubuhnya yang
membuatnya sakit-sakitan. Sebaliknya, orang yang sehat adalah orang yang mampu
menahan stres tanpa harus dikuasai oleh kecemasan yang berlebihan.

Ekstraversi: Faktor ini merujuk kepada keterbukaan orang dengan dirinya termasuk pikiran dan perasaannya. Ia sanggup mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan tepat dan bebas sehingga mampu membangun relasi yang dalam dengan sesama. Ia memiliki energi yang tinggi dan mudah bersukacita, ia hangat dan menyenangkan.

Openness to Experience: Faktor ini merujuk kepada semangat untuk hidup dan keterbukaan terhadap pengalaman hidup. Ia tidak takut pada pengalaman baru, bersedia mencoba pengalaman yang baru, dan mengizinkan diri untuk menghayati pengalaman hidup sepenuhnya. Ia terbuka terhadap reaksi perasaannya dan cenderung imajinatif.

Agreeableness: Faktor ini merujuk kepada karakteristik yang lembut, baik hati, mudah percaya, ringan tangan, dan pemaaf. Lawan dari karakteristik ini adalah antagonistik-sinis, kasar, penuh curiga, sukar kerja sama, mudah marah, dan manipulatif.

Conscientiousness (Tanggung jawab): Faktor ini merujuk kepada orang yang mampu menjalankan hidupnya dengan penuh tanggung jawab. Ia memiliki komitmen pada kewajibannya dan sanggup memenuhinya. Ia mempunyai tujuan hidup yang jelas dan target yang dapat dicapainya. Orang ini tidak mudah menyerah dan berdisiplin diri.

3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang interaksi sosial ?

Statemenship (mental negarawan) dibentuk oleh interaksi sosial, dan memiliki karakter cara pandang (view point) yang unik sesuai dengan ideologi yang diemban. Artinya, kepribadian Islam harus menjadi prasyarat utama bagi calon pemimpin muslim masa depan. Dari segi pemikiran, ucapan, tingkah laku, dan perbuatan (baik ibadah ritual dan muamalatnya), negarawan muslim masa depan harus mengacu secara absolut kepada hukm shar'i. Ia tidak akan mudah menyerah ketika mayoritas masyarakat mencemoohnya, sebab yang ia cari hanya ridha ALLAH semata. Namun ia akan terus berinteraksi dengan masyarakat; memerhatikan problema masyarakat, menunjukkan kepada masyarakat bagaimana Islam memecahkan setiap dan seluruh problema hidup; menyatakan yang haq sebagai haq, dan batil sebagai batil. Ketika opini Islam mulai mengental di tengah2 masyarakat dan masyarakat melihat sendiri keteguhan, konsistensi amal dan kata-kata para pengemban da'waa, masyarakat tidak akan ragu untuk memandatkan kepemimpinan.. dan dari sini momentum akan terbentuk insha ALLAH.
Alwi Shihab memberi kupasan menarik tentang bagaimana pentingnya menjaga keharmonisan dalam interaksi sosial antarsesama manusia. Membudayakan sikap terbuka, menerima perbedaan, serta menghormati kemajemukan, bagi Alwi Shihab merupakan semacam landasan berpikir yang selayaknya dikembangkan. Lebih-lebih dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia. Landasannya pun ada. Selain merupakan tuntutan hidup bermasyarakat, demikian Alwi Shihab, Al Quran pun memberi tuntunan ke arah itu.

"Orang lupa bahwa dalam Islam, kalau mau ditelusuri, sekitar sepersepuluh dari tuntunan Al Quran menyangkut ibadah: hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sedangkan sembilan per sepuluhnya adalah interaksi manusia dan interaksi sosial." Menyimak Renungan Alwi Shihab kita seperti diajak bertamasya ke relung-relung kehidupan yang penuh warna. Tak ada kesan tunggal kecuali keyakinan kepada Dia, Tuhan pencipta alam semesta. Di luar itu, di tengah perbedaan dan keragaman keyakinan akan Sang Pencipta, manusia masih saling membutuhkan satu sama lain. (ken)

4. Tanda normalitas seseorang ?

Menurut Schwarz/Thompson, teknologi bukanlah suatu proses netral. Tetapi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan hubungan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari tidak terdapat pemisahan yang jelas antara politik, teknologi, dan hubungan sosial.Pada kenyataannya faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya, sehingga politik, teknologi, dan budaya adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Hal diatas adalah suatu cara pandang baru dalam ilmu sosial, yang secara klasik ilmu sosial tersebut terlalu berorientasi pada pemisahan kelompok dalam masyarakat. Menurut Schwarz/Thompson apa itu politik dan apa itu teknik, bukanlah sesuatu yang jelas.
Schwarz/Thompson mencoba menjajaki perkembangan yang lebih umum tentang penelitiandalam ilmu pengetahuan dan teknik. Ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran alami sebagaimana kebenaran sesungguhnya dalam alam semesta. Tetapi adalah hasil karya manusia yang juga ditentukan oleh situasi masyarakat sekelilingnya. Yang didalamnya terdapat berbagai interpretasi tentang kenyataan.
Ilmu sosial klasik memandang gejala di masyarakat dengan dasar pro- dan kontra. Schwarz/Thompson membagi empat budaya yang mungkin terjadi dalam cara memandang, yang menentukan interpretasi-interpretasi tadi, berdasarkan model yang diturunkan antropolog Mary Douglas:
1. Budaya hirarchis, yang memntingkan prosedur yang benar dan penguraian
yang persis dalam hal pembagian kekuasaan,
2. Budaya Individualis, yang dapat disamakan dengan prilaku seorang
pengusaha,
3. Budaya egaliteris, yang mementingkan kepentingan grup sosial dimana
para anggotanya memiliki kemampuan dan kapasitas yang sama,
4. Budaya fatalis, mayoritas yang selalu diam.

Dan digabungkan dengan model dari ekolog Holling tentang ekologi, tentang cara memandang tentang lingkungan hidup:
a. Dalam batas-batas tertentu lingkungan hidu[ dapat mengatasi
ganguan-gangguan,
b. Lingkungan selalu kembali dalam keadaan stabil seperti sediakala,
c. Setiap gangguan terhadap lingkungan berarti bencana,
d. Mereka yang berkata, tunggu saja apa yang terjadi.

Yang menghasilkan empat budaya baru (budaya teknologi):
1. Sang individualis yang percaya akan kekuatan ghaib di pasar (market) dikombinasikan dengan sikap optimisme terhadap kekuatan alam yang selalu kembali dalam normalitas,
2. Gerakan lingkungan yang hidup dalam grup sosial yang berbudaya egaliter, yang selalu melihat lingkungan hidup terancam dan mudah rusak,
3. Tingkah laku hirarchis yang antara lain diwakili pemerintah sebagai suara dari atas yang menekankan pada prosedur yang benar dan dengan cepat sampai pada simpulan tentang batas-batas maksimal dari nilai dan norma,
4. Sang fatalis yang berpendapat apapun yang terjadi tidak ada konsekwensinya.

Menurut Schwarz/Thompson atas pembagian budaya-budaya tersebut, bahwa ada banyak argumen yang dapat diterima oleh akal sehat. Oleh karena itu kita tidak bisa berkesimpulan bahwa manusia yang rasional harus mempunyai pendapat yang sama dalam hal pemecahan masalah-masalah sosial. Penyebabnya karena para pengamat melihat suatu masalah dengan cara yang berbeda. Sehingga tak ada kenyataan yang objektif. Dan adalah sangat tidak masuk akal jika kita semuanya harus memakai kacamata yang sama, karena kehidupan masyarakat akan menjadi kaku. Disini letak paradoksnya, masyarakat berkembang sebagai akibat benturan-benturan antar budaya yang berbeda. Dan ini hanya dapat terjadi jika masing-masing pihak yakin bahwa mereka benar.
Kesimpulan mereka, bahwa teknologi itu merupakan fenomena sosial. Kaitannya dengan Indonesia?. Kata teknologi sudah menjadi kosakata dalam indonesia modern. Walau kita masih merangkak, tapi ada baiknya kalau kita bisa mengambil pelajaran dari Schwarz/Thompson, bahwa perpecahan (perbedaan pendapat) itu bukanlah suatu hal yang 'haram', tapi justru adalah suatu hal yang fungsional dalam mengembangkan suatau budaya teknologi. Tentunya 'sfeer' (suasana) semacam itu harus kita ciptakan dengan sikap saling menghargai. Begitu judul buku Schwarz/Thompson: Devided we stand - redefining politics, technology, and social choice.