Rabu, 23 Juli 2008



Tugas I

Selasa, 2008 Juli 22


1. Carilah informasi tentang ahli psikologi modern serta teori dan pendapatnya (min 3)!

Seperti bidang-bidang sains lain, psikologi berasal sebahagian daripada falsafah. Psikologi yang dikaji secara saintifik bermula pada akhir abad ke 19 dan umur bidang ini adalah lebih kurang 100 tahun; agak muda jika dibanding dengan disiplin-disiplin lain. Tumpuan disiplin psikologi pada awalnya ialah mengkaji dan memahami bagaimana manusia atau organisme mengetahui atau belajar. Kemudian, psikologi terbahagi-bahagi kepada sub-disiplin lain seperti psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi organisasi, psikologi kaunseling dan lain-lain.
Ahli-ahli falsafah telah lama cuba menerangkan apa itu pengetahuan/ilmu, bagaimana manusia menguasai pengetahuan/ilmu atau mengetahui sesuatu dan bagaimana manusia menggunakan pengetahuan itu. Mungkin teori yang tertua berkenaan pengetahuan ialah Teori Salinan (Copy Theory) yang dicadangkan oleh ahli falsafah Yunani Alcmaeon, Empedocles dan Democritus pada abad ke4 & ke5 sebelum masihi. Menurut teoro ini kita melihat sesuatu objek and salinan objek itu terbentuk dalam minda kita. Oleh itu kita mengetahui objek itu melalui salinan yang berada dalam min Ahli-ahli falsafah yang datang kemudian menolak teori salinan. Menurut mereka perwakilan (salinan) mungkin tidak merupakan objek asal dan sekiranya kita hanya mengetahui salinan, adalah sukar untuk menentukan bahawa salinan itu adalah tepat. Ahli-ahli falsafah realisme (realism) seperti Thomas Reid menolak konsep salinan dan mencadangkan bahawa kita mengetahui tentang sesuatu objek secara langsung tanpa melalui perwakilan atau salinan. Masalah dengan penerangan ini ialah; jika kita mengetahui sesuatu secara langsung, mengapa kita selalu membuat kesilapan. Contohnya, sesuatu bintik pada lantai kita sangkakan adalah seekor serangga yang sebenarnya adalah titik cat yang tertinggal.
Kemudian terdapat ahli-ahli falsafah idealisme (idealisme) yang menolak sama sekali objek. Bagi mereka apa yang terdapat dalam minda kita ialah idea; semua pengetahuan kita terdiri daripada idea dan bukan perkara atau benda.


Pengasas psikologi moden bermula di Eropah dengan Wilhelm Wundt yang pertama menubuhkan makmal psikologi. Tumpuan psikologi awal ialah mengkaji aspek-aspek sensasi (sensation), persepsi (perception) dan tumpuan. (attention). Hermann Ebbinghaus, seorang Jerman, merupakan ahli psikologi yang pertama mengkaji pembelajaran secara saintifik. Pada tahun 1879, dia menggunakan dirinya sendiri sebagai subjek dalam eksperimen yang mengkaji pembelajaran dan ingatan.
Beliaulah yang memperkenalkan ujian 'kaitan bebas' (free association) yang menguji kaitan antara perkataan yang diberikan oleh penyelidik dan perkataan yang perkataan yang berikan oleh subjek. "Nyatakan perkataan pertama yang muncul dalam minda kamu apabila saya mengatakan _______ ". Jadi tujuan psikologi ialah untuk mengkaji bagaimana manusia membuat perkaitan antara perkataan atau idea.
Ebbinghaus juga terkenal dengan eksperimen yang menunjukkan fenomena ingatan dikalangan manusia. Dalam tahun 1885, dia menjalankan satu eskperimen yang menunjukkan bahawa kadar lupaan lebih ketara pada permulaan (55% selepas 1 jam) dan berkurangan seterusnya (14% selepas 31 hari).

Tingkahlaku ialah apa jua aktiviti yang dapat diperhatikan, direkod dan diukur. Tingkahlaku juga dapat diperhatikan apabila individu menyebut atau menulis sesuatu. Misal kata, catatan seorang tentang ketakutannya atau sikapnya merupakan tingkahlaku.

Proses Mental merangkumi segala proses-proses yang terlibat dengan pemikiran, ingatan, pembelajaran, sikap, emosi dan sebagainya. Inilah menjadi tumpuan ahli-ahli psikologi tetapi masalahnya ialah proses-proses ini tidak boleh dilihat dan sukar merekod dan mengukur dengan tepat. Oleh pada pada tahun 60an, ahli-ahli enggan menerima kajian mengenai proses-proses ini kerana ia tidak boleh dijalankan secara saintifik. Bagaimana pun paradigma telah berubah dan dengan kaedah-kaedah baru, kajian mengenai proses-proses mental diterima sebagai psikologi.




Adapun ahli-ahli dalam bidang psikolog modern beserta teorinya, diantaranya yaitu:


1. Erik Erikson

Ia sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak.

Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud

yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual,

Erikson mengembangkan teori tersebut

Dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial.

Dia mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development

(teori perkembangan psikososial)

dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.

Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan

mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat,

diantaranya adalah: (1) Young Man Luther:

A Study in Psychoanalysis and History (1958),

(2) Insight and Responsibility (1964), dan Identity: Youth and Crisis (1968).

2. Ivan Pavlov (1849 - 1936)

Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849

dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936.

Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi,

karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik.

Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai

ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat

bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons

atas munculnya makanan.

- Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan

kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan,

yang dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini,

ketika makanan (makanan disebut sebagai t

he unconditioned or unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari)

dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel

(bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari),

maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama,

yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan.

Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel.

Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme,

sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai

proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.

3. Emil Kraepelin (1856 - 1926)

Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856

di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich.

Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878,

lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich.

Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt

yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa.

Dari tahun 1903 sampai meninggalnya,

ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan

sekaligus menjadi direktur klinik tersebut. Emil Kraepelin adalah

psikiatris yang mempelajari gambaran dan

klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan,

yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan

yang disebut sebagai teori Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM),

diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA).

Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan

dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut

akan lebih mudah diteliti. Kraepelin menjadi terkenal terutama karena

penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis.

Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu

dimentia praecox dan psikosis manic-depresif.

Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang

disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali

menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri,

antara lain menggunakn test psikologi untuk mengetahui adanya

kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya

di kenal dengan nama test Kraepelin.

Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.

Rujukan:


The Ancient Greeks: Socratis, Plato & Aristotle
by C. George Boeree, Shippensburg University, Pennsylvania.

Modern Philosophy: The Begining
by C. George Boeree, Shippensburg University,
Pennsylvania

Psychology: The Beginning
by C. George Boeree, Shippensburg University,
Pennsylvania

Psychology: Wundt and James
by C. George Boeree, Shippensburg University,
Pennsylvania

Psychology: Freud and Psychoanalysis
by C. George Boeree, Shippensburg University,
Pennsylvania

Psychology: Gestalt Psychology
by C. George Boeree, Shippensburg University,
Pennsylvania.

The Cognitive Movement
by C. George Boeree, Shippensburg University,
Pennsylvania
.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan psikolog sebagai ilmu psikolog?

Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat berikut: 1) secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, 2) memiliki struk¬tur keilmuan yang jelas, 3) memiliki objek formal dan material, 4) meng¬gunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, sejarah kasus (case history), pengetesan dan pengukuran (testing and measurement), 5) memiliki terminilogi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, ke¬pri¬badian, 6) dan dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan. Kaitan psikologi dengan ilmu lain, psikologi dalam perkembangannya banyak dipengaruhi ilmu-ilmu lain misalnya filsafat, sosiologi, fisiologi, antropologi, biologi. Pengaruh ilmu tersebut terhadap psikologi dapat dalam bentuk landasan epistimologi dan metode yang digunakan. Psiko¬logi memberikan sum¬bangan terhadap pendidikan, karena subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu), psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dan proses pendidikan serta bagaimana membantu individu agar dapat berkembang optimal. Sejarah singkat psikologi, sejak zaman filsuf-filsuf besar seperti Socrates (469-399 SM) telah berkembang filsafat mental yang membahas secara jelas persoalan “jiwaraga”. Rene Descartes (1596-1650) menge¬mukakan bahwa manusia memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan. Pada awal abad ke-19, psikologi mengalami kemajuan yang cukup pesat, Gustaf Tehodore Fechner (1801-1650) dan Ernest Heinrich Weber (1795-1878) menemukan suatu hukum penginderaan melalui eksperimen yang dipublikasikan pada tahun 1860 dalam buku Element of Pschology. Puncaknya adalah ketika Wilhem Wund (1832-1920) pada tahun 1879 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig Jerman, dan peristiwa ini menandai psikologi sebagai ilmu mandiri. Tahun 1883 berdiri laboratorium serupa di Universitas John Hopkins. Tahun 1890 terbit buku The Principles of Psychologi karangan William James (1842-1910) yang setahun kemudian menjadi profesor psikologi dan sejak itu hampir semua universitas di Amerika memiliki fakultas yang mandiri. Di Indonesia perkembangan psikologi dimulai pada tahun 1953 yang di¬pelopori oleh Slamet Iman Santoso dengan mendirikan lembaga pen¬didikan psikologi pertama yang mandiri, pada tahun 1960 lembaga ter¬sebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di Universitas Indonesia, yang kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Belakangan ini kemajuan psikologi semakin pesat, ini terbukti dengan bermunculannya tokoh-tokoh baru, misalnya B.F. Skinner (pendekatan behavioristik), A. Maslow (teori aktualisasi diri) Roger Wolcott (teori belahan otak), Albert Bandura (teori pembelajaran sosial), Daniel Goleman (teori kecerdasan emosi), Howard Gardner (teori Multiple Intelligences), dan sebagainya. Konsep dasar perilaku: a) pengertian perilaku, perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan. b) pandangan tentang perilaku, ada lima pendekatan utama tentang perilaku yaitu: (1) pen¬dekatan neurobiologik, pendekatan ini menitikberatkan pada hubungan antara perilaku dengan kejadian yang berlangsung dalam tubuh (otak dan saraf) karena perilaku diatur oleh kegiatan otak dan sistem saraf, (2) pendekatan behavioristik, pendekatan ini menitikberatkan pada perilaku yang nampak, perilaku dapat dibentuk dengan pembiasan dan pengu¬kuhan melalui pengkondisian stimulus, (3) pendekatan kognitif, menurut pendekatan ini individu tidak hanya menerima stimulus yang pasif tetapi mengolah stimulus menjadi perilaku yang baru, (4) pandangan psiko¬analisis, menurut pandangan ini perilaku individu didorong oleh insting bawaan dan sebagian besar perilaku itu tidak disadari, (5) pandangan humanistik, perilaku individu bertujuan yang ditentukan oleh aspek internal individu. Individu mampu mengarahkan perilaku dan memberikan warna pada lingkungan. Jenis-jenis perilaku individu, a) perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf, b) perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif, c) perilaku tampak dan tidak tampak, d) perilaku sederhana dan kompleks, e) perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
Mekanisme perilaku, (1) dalam pandangan behavioristik, mekanisme perilaku individu adalah:

W ------ S ------ r ------ O ------ e ------ R ------W

Keterangan : W = world (lingkunngan) e = effector
S = stimulus R = respon
r = receptor W = lingkungan
O = organisme
(2) dalam pandangan humanistik, perilaku merupakan siklus dari: (i) dorongan timbul, (ii) aktivitas dilakukan, (iii) tujuan dihayati, (iv) kebutuhan terpenuhi/rasa puas.

Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh:
a) Penga¬matan atau penginderaan (sensation), adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dengan meng¬gunakan alat indera peng¬lihat¬an (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), pembau (hidung), dan perabaan (kulit, termasuk otot).
b) Persepsi (perception), adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau pengertian individu tentang situasi atau penga¬laman. Ciri umum persepsi ter¬kait dengan dimensi ruang dan waktu, terstruktur, menye¬luruh, dan pe¬nuh arti. Persepsi bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh perhatian selek¬tif, ciri-ciri rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, serta penga¬laman.
c) Berpikir (reasoning), adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hu¬bung¬an antara bagian-bagian pengetahuan. Berpikir ber¬tujuan untuk mem¬bentuk pengertian, mem¬bentuk pendapat, dan menarik kesimpulan. Proses berpikir kreatif terdiri dari: persiapan, inkubasi, ilumi¬nasi, dan veri¬fikasi. Jenis berpikir ada dua, yaitu berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi.
Lanjutan dinamika perilaku individu, d) Inteligensi, dapat diartikan se¬bagai (i) kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir rasional, (ii) kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, (iii) kemampuan memecahkan simbol-simbol tertentu. Inteligensi tidak sama dengan IQ karena IQ hanya rasio yang diperoleh dengan meng¬gunakan tes tertentu yang tidak atau belum tentu menggambarkan kemampuan individu yang lebih kompleks. Teori tentang inteligensi di¬antaranya G-Theory (general theory) dan S-Theory (specific theory). Inteligensi dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Sikap (Attitude), adalah evaluasi positif-negatif-ambivalen individu ter¬hadap objek, peris¬tiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan pe¬rasa¬an, ke¬yakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap. Unsur-unsur sikap meliputi kognisi, afeksi, dan kecenderungan bertindak. Faktor-faktor yang mem¬pengaruhi terbentukanya sikap adalah penga¬laman khusus, komunikasi dengan orang lain, adanya model, iklan dan opini, lembaga-lembaga sosial dan lembaga keagamaan. Konsep dasar motif dan motivasi,
a) Motif (motive) adalah keadaan kompleks dalam diri individu yang mengarahkan perilaku pada satu tujuan atau insentif, atau faktor penggerak perilaku, atau konstruk teoritik ten¬tang terjadinya perilaku. Motif dapat dikelompokkan menjadi primer (dorongan fisiologis, dorongan umum) dan sekunder. Woodwort dan Marquis me¬nge¬lompokkan motif menjadi tiga, yaitu motif organis, motif darurat, dan motif obyektif. Indikator motif terdiri atas: durasi, frekuensi, persistensi, devosi, ketabahan, aspirasi, kualifikasi prestasi, dan sikap. Upaya untuk meningkatkan motivasi diantaranya menciptakan situasi kompetisi yang sehat, membuat tujuan antara, menginformasikan tujuan dengan jelas, memberikan ganjaran, dan tersedianya kesempatan untuk sukses.
b) Konflik (conflict), terjadi ketika ada dua atau lebih motif yang saling ber¬tentangan sehingga individu berada dalam situasi petentangan batin, kebingungan, dan keragu-raguan. Jenis konflik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) approach-approach conflict, (2) avoidance-avoidance con¬flict, dan (3) approach-avoidance conflict.
c) Frustrasi (frustration) adalah suatu keadaan kecewa dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau tujuan. Sumber frustrasi menurut Sarlito Wirawan adalah lingkungan, pribadi, dan frustrasi konflik. Bentuk reaksi individu terhadap frustrasi adalah marah, bertindak secara ekplosif, introversi, merasa tidak berdaya, regresi, fiksasi, represi, pembentukan reaksi, rasionalisasi, proyeksi, kompensasi, dan sublimasi.

Konsep perkembangan individu,
a) perkembangan (development) ada¬lah proses perubahan yang dialamai individu menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara sistematis, progresif, berkesinambungan, integratif baik fisik maupun mental;
b) pertumbuhan (growth) adalah perubahan secara kuantitatif pada aspek jasmani yang terkait dengan perubahan ukuran;
c) kematangan (maturity) adalah titik kulminasi dari suatu fase dan sebagai titik tolak dari kesiapan aspek tertentu men¬jalankan fungsinya.

Lanjutan konsep dasar perkembangan individu,
a) perkembangan merupakan hasil pertumbuhan, kematangan, dan belajar. Perkembangan menganut prinsip-prinsip berikut ini. 1) perkembangan berlangsung se¬pan¬jang hayat, 2) ada perbedaan irama dan tempo perkembangan, 3) dalam batas tertentu perkembangan dapat dipercepat, 4) perkembangan dipengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, dan kematangan, 5) untuk aspek tertentu perkembangan wanita lebih cepat daripada pria, 6) individu yang normal mengalami semua fase perkembangan.
b) Fase per¬kem¬bangan secara umum adalah 1) masa prenatal, 2) masa bayi, 3) masa anak, 4) masa remaja, 5) masa dewasa, dan 6) masa tua.
c) Aspek perkembangan terdiri dari perkembangan kognitif, sosial, bahasa, moral, emosi, fisik, dan penghayatan keagamaan.

Konsep dasar kepribadian,
a) pengertian kepribadian, istilah ke¬pribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris “personality”. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin “persona” yang berarti topeng. Menurut Gordon W Allport “personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that determines his unique adjusment to his environment”,
b) Faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah pembawaan dan pengalaman (umum dan khusus).
Lanjutan konsep dasar kepribadian,
a) meskipun kepribadian itu unik tetapi ada beberapa ahli yang berusaha menggolongkan kepribadian, misalnya Hipocrates dan Gelanus yang membagi tipologi kepribadian menjadi empat tipe yaitu: 1) kholeris, 2) melankolis, 3) plagmatis, dan sanguinis. Kretschmer meninjau tipologi kepribadian berdasarkan segi konstitusi dan temparamen. Berdasarkan konstitusi jasmani manusia digolongkan menjadi tipe piknis, leptosom, atletis dan displatis. Sedang¬kan berdasarkan temperamen kejiwaan, manusia digolongkan menjadi schizophrenia dan depresif. Berdasarkan orientasi nilai, Spranger mengemukakan enam tipologi manusia, yaitu tipe teoritik, ekonomi, estetis, agama, moral, dan kekuasaan.
b) Pengukuran kepribadian dapat ditempuh dengan cara observasi, inventori, dan teknik proyektif.
Konsep dasar belajar,
a) Pengertian belajar, Cronbach mengartikan “learning is shown by an change individual behaviour as a result of experiences”. Belajar juga dapat diartikan sebagai “proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah aktif, positif, dan berorientasi tujuan.
b) Prinsip-prinsip belajar, beberapa perinsip belajar adalah 1) memiliki tujuan dan disadari, 2) adanya penerimaan informasi, 3) terjadinya proses internalisasi, dan 4) perubahan bersifat relatif permanent.
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, faktor di luar individu yang mempengaruhi belajar adalah faktor non-sosial dan faktor sosial. Sedangkan faktor dalam diri individu yang mempengaruhi belajar adalah faktor fisiologis dan psikologis.

Pendekatan dalam pembelajaran, ada juga pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat perorangan ada yang bersifat kelompok. Berbagai pendekatan pengelolaan kelas, untuk menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas antara lain ialah,
1. Pendekatan Otoriter
2. Pendekatan Permisif
3. Pendekatan Pengubahan Perilaku
4. Pendekatan Sosio - Emosional.
5. Pendekatan Proses Kelompok

1. Pendekatan Otoriter’
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Adapun faktor eksternal bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
a. perintah dan larangan
b. penekanan dan penguasaan
c. penghukuman dan pengancaman

a. Pendekatan perintah dan larangan
Pendekatan ini tampak mudah, namun kenyataan kurang mantap dalam pelaksanaan. Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu.
Seorang pengajar yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif. Jangkauan tidakan reaktif ini hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, pada poin ini akan timbul masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.Kesulitan lain bahwa pendekatan perintah dan larangan itu bersifat “resep”, karena kalau resep yang berupa perintah atau larangan itu gagal maka pengajar sulit untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Sehingga dengan pendekatan perintah dan larangan ini tidak membuka peluang bagi tindakan yang luwes dan kreatif. Di sinilah sifat otoriter dari pendekatan perintah dan larangan itu datang bertumpuk untuk melakukan tugas-tugas di sekolah. faktor internal dapat berakibat bagi si pengaja, akibatnya pengajar kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan hanya mengandalkan penerapan pendekatan tersebut untuk masalah yang sama, yang mirip dan sementara cocok. Dengan demikian pengajar dikatakan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.

b. Pendekatan penekanan dan penguasaan
Pendekatan seperti ini pada sisi eksternal yaitu penekanan dan penguasaan banyak mernentmgkan diri pengajar sendiri seirama dengan dengan pendekatan pertama, pengajar banyak memerintah. mengomel dan memarahi. Seiring pula dalam melakukan pendekatan dengan memakai pengaruh orang-orangyang berkuasa (misalnya pimpinan sekolah, orang tua). Melakukan tindakan kekerasansebagai pelaksanaan penekanan, menyatakan ketidaksetujuan dengan kata-kata, tindakan atau pandangan menunjukkan sikap penguasaan. Semua contoh pendekatan demikian bersifat otoriter atau berkuasa atas diri orang lain. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas kita menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan ini maka memungkinkan pembelajar diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya- Bagi pengajar pendekatan
penguasaan dan penekanan ini berarti memaksakan kehendak bagi orang lain. Sehingga tahap
toleransinya kurang terbina. Pendekatan semacam ini jika dilihat dari faktor internal kurang tepat, kurang toleransi, kurangbijaksana. Dengan demikian akan tercipta pribadi seorang guru yang mempunyai kepribadian buruk

c. Pendekatan Hukuman dan Pengancaman
Pendekatan penghukuman muncui dalam berbagai bentuk tingkah laku(eksternal) antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran. menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakai: atau menghukum seseorang di depan pembelajar, memaksa pembelajar untuk meminta maaf. memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini dari faktor inernal si pendidik kurang baik, karena tidak dibenarkan, kurang manusiawi setiap pembelajar kurang mendapatkan penghargaan sebagai individu yang mempunyai harga diri. Pendekatan penghukuman dan pengancaman ini termasuk penanganan yang kurang tepat, bersifat otoriter kurang manusiawiBerdasarkan dari pendekatan-pendekatan yang otoriter ini kiranya bila dilaksanakan dapat memberi pengaruh tertentu, tetapi hasil-hasil yang muncui da sekedar mengubah tingkah laku sesaat. Sangat disayangkan apabila tindakan itu diikuti oleh tingkah laku yang negatif pada diri pembelajar. Pada umumnya tindakan otorite kurang menguntungkan, hasilnya berupa tingkah laku atau pemecahan sementara. Sementara tersebut belum menjangkau inti permasalahan yang sebenarnya. melainkan baru menjangkau gejala-gejala yang muncul dipennukaan belaka.

2. Pendekatan Permisif
Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas( eksternal) merupakan seperangkat kegiatan
pengajar yang memaksimalkan kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga dari sisi internal pembelajar bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar.
Berbagai bentuk pendekatan dalam peiaksanaan pengeiolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
a. Tindakan pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh pembelajar diantaranya:
• meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
• memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan .
• menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
• menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain
• mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota

Melalui pendekatan ini pengajar memandang mudah, tak banyak risiko. Namun sebenarnya pengajar gegabah dalam mengambil cara pendekatan, terlalu memandang mudah mengalihkan, menukar, mengganti suatu tugas atau penanggung jawab. Padahal pembelajar memiliki harga diri pribadi serta pola berpikir yang masing-masing tidak sama.
b. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan. Sekali lagi pengajar memandang pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
3. Pendekatan Pengubahan Perilaku
Pendekatan ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai maupun yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat dikenal prinsip-prinsip bahwa:
Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan positif maupun negatif, hukuman, penghilangan berlaku dalam proses belajar bagi setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang Berlangsung di lingkungan
a. Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran. hadiah (penguatan atau pendorong). Contoh : Pada akhir tahun ajaran. kelas akan memberi hadiah bagi yang meraih kejuaraan. Usaha pemberian hadiah atau ganjaran ini ini dimaksud untuk memberi penguatan tertentu
agar muncul suatu penampilan perilaku baru yang semakin mantap. kuat dan disetujui. Perilaku yang diperbuat berupa perilaku yang disukai maupun yang tidak disukai. Perilaku tertentu yang diberi ganjaran cenderung untuk diteruskan.
Contoh : Di kelas seorang pembelajar menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi kurang menyenangi pelajarn Matematika. Kedua perilaku terhadap dua pelajaran yang disenangi perlu diperkuat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tertentu. Bila perilaku yang disukai menghasilkan suatu hasil belajar dengan pola perilaku yang baik perlu diberi penguatan berikutnya berupa ganjaran atau hadiah. Berarti hasil belajar yang berupa perilaku itu dapat diteruskan. Penguatan dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Umumnya penguatan diberikan kepada pembelajar yang menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar perilaku tertentu yang dikuasai pembelajar disebut penguatan positif. Sebaliknya penguatan dengan jalan mengurangi atau menghilangkan perangsang yang tidak menyenangkan atau tidak memberi hasil kepada diri pembelajar disebut penguatan negatif.
b. Pendekatan penghukuman dan penghilangan
Teori pengubahan perilaku melalui penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan bentuk menghilangkan perilaku yang tidak menyenangkan disebut penghukuman untuk menghilangkan atau meniadakan. Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan, menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.
Para penganut pendekatan pengubahan perilaku berpendapat bahwa :
Mengabaikan atau menghilangkan perilaku yang disukai dan memperlihatkan persetjuan terhadap perilaku yang disukai merupakan tindakan yang efektif untuk membina tingkah laku pembelajar dalam kelas, memperlihatkan persetujuan atas tingkah yang disukai merupakan kunci dalam pengelolaan kelas melalui pengubahan perilaku ini.

Melalui empat proses yakni penguatan positif, penguatan negatif, penghukuman dan penghilangan maka tugas pengajar adalah menguasai, menerapkan proses tersebut secara tepat serta mengawasi tingkah laku pembelajar dengan penuh kewaspadaan.
4. Pendekatan Iklim Sosio Emosional
-Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi
dari hubungan yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar. Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang dipen’garuhi oleh
a. Sikap keterbukaan dan tidak berpura-pura.
b. Penerimaan dan kepercayaan pengajar kepada pembelajar dan sebaliknya.
c. Rasa simpati pengajar terhadap pembelajarnya.
Pengajar yang akan menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu menyadari kenyataan bahwa “Cinta” dan “rasa harga diri” merupakan dua kebutuhan dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar jika pembelajir itu ingin mengembangkan perasaaii harga diri sukses. Suatu pengaiam sukses perlu muncul pada diri pembelajar dan pembelajar perlu belajar meraih sukses melalui ^engalaman sendiri. Tugas belajar dalam pengelolaan kelas adalah membuka kemungkinan sebesar-besarnya bagi pembelajar bertindak dan menghayati sendiri. Bagi pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang .dirinya sebagai individu yang berharga. Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan yang menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi, kecemasan, tanpa harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku menyimpang.
Kelas yang diliputi oleh hubungan inter personal yang baik merupakan kondisi yang beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang berkondisi dan bersituasi demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan tentram tanpa suatu ancaman atau dikejar-kejar oleh kekuasaan, penekatan tertentu. Penekanan sistem sosio emosional berakar dari pandangan yang menutamakan hubungan saling menerima, sikap empati sebagai sesama manusia. Melalui pendekatan ini pembelajar benar-benar percaya bahwa pengajar penuh dedikasi dalam membina belajarnya. Apabila pembelajar perilaku menyimpang maka pengajar dapat memisahkan kesalahan dari orang yang berbuat salah, dan menolak perbuatan yang menyimpang.
Fungsi pengajar ialah mengembangkan hubungan baik dengan setiap pembelajar. Bila pengajar ingin secara maksimal membantu pembelajar belajar perlu melaksanakan sikap kesadaran diri sendiri, keterbukaan, sikap menerima, menghargai mau mengerti dan menaruh rasa empati. Ide-ide pokok pendekatan iklim sosio emosional ini dikemukakan oleh Carl Rogers. Sebagai rangkuman Rogers mengemukakan kondisi-kondisi yang mempengaruhi keberhasilan belajar yakni:
- Sikap pengajar terhadap pembelajar dalam bentuk penampilan diri secara wajar,
penerimaan diri, dan rasa empati. Ide ini diperkuat oleh pendapat Girrot bahwa komunikasi
yang interaktif perlu diselenggarakan oleh pengajar yang berorientasi pada pembelajar.
Menurut Glosser, penciptaan iklim sosio emosional terjadi bila tcrdapat keterlibatan
pengajar dalam suasana belajar itu vmtuk mengembangkan tanggung jawab sosial dan
merasa dirinya “berarti” bagi orang lain. Bagi mereka yang meiakukan perilaku
meyimpang hendaknya dibantu untuk memperbaiki diri. Salah satu saran dan Glosser
untuk mengatasi masalah kelas/kelompok hendaknya melalui pertemuan kelas untuk
memecahkan masalah sosial.Pandangan Dreikurs terhadap iklim sosio emosional adalah :
- pentingnya suasana kelas yang demokratis pengajar, pengajar dan pembelajar bersama
sama mewujudkan tanggung jawab terhadap kelas demi kelancaran belajar mengajar.
- pemikiran dan kewaspadaan terhadap pengaruh akibat-akibat tertenru baik akibat alamiah
dan akibat logis.
Contoh akibat alamiah dari kekurang hati-hatian bekerja di laboratorium tangan terbakar, kompor meiedak, sedang akibat logisnya ialah pembelajar yang bersangkutan mengganti alat yang dirusakkan, menanggung de.i’a pada tangan yang terluka.

Dengan pendekatan iklim sosio emosional ini pembelajar dipandang sebagai “keseluruhan pribadi yang sedang berkembang”, bukan semata-mata sebagai seorang yang mempelajari pelajaran tertentu saja

Anggaran dasar dari pengelolaan kelas ini bahwa :
a. Kegiatan pembeiajar di sekolah berlangsung dalam suatu kelompok tertentu.
b. Kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki oleh sistem sosial lainnya.
5. Pendekatan Proses Kelompok
Penggunaan pendekatan proses kelompok ini menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang sehat yang terdapat dalam kelas yang didukung adanya saling berhubungan antar pembelajar dalam kelompok di kelas itu. Peranan pengajar diutamakan pada upaya mengembangkan dan mempertahankan ke eratan hubungan antar pembelajar semangat produktivitas, dan orientasi pada tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas pemakaian pemdekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa perilaku yang menyirnpang pada dasarnya bukan peristiwa yang menimpa perorangan tetapi menyangkut banyak orang dalam kelompok berupa peristiwa sosial yang harus ditanggung oleh sekelompok orang. Tujuan utama dari pendekatan proses kelompok ini ialah membantu kelompok bertanggung jawab atas perbuatan kelompok anggota-anggotanya dalam kegiatan kelompok sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan pengawasan yang mantap terhadap terhadap anggota-anggotanya.
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :

- Meningkatan daya tarik dan ikatan bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap saling menghargai, komunikasi yang tepat,
- Mengembangkan aturan-aturan dan norma kelompok yang menayangkan, produktif, diterima oleh semua anggota, kompak, bersatu dan bertanggungjawab.
-Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6 unsur yang menyangkut pengelolaan kelas melalui proses kelompok yakni harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan hubungan.
a) Harapan merupakan persepsi yang ada pada pengajar dan pembelajar tentang hubungan mereka. Harapan yang akan menyangkut bagaimana anggota kelompok berperilaku amat berpengaruh terhadap suatu kelompok yang efektif. Harapan yang berkembang adalah harapan pada diri pengajar dan pembelajar yang realistik tepat. secara ielas dimengerti oleh pengajar dan pembelajar. Perilaku pengajar menampakkan harapan-harapan yang berkenaan dengan perilaku pembelajar, serta pembelajar berperilaku sesuai dengan harapan pengajar. Semestinya pengajar memiliki harapan agar pembelajamya berperilaku baik sesuai dengan norma kelompok kelasnya.
b) Kepemimpinan diartikan sebagai pola perilaku yang mendorong kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan tak dapai dipisahkan dengan :
• tindakan-tindakan anggota kelompok
• menumbuhkan norma kelompok
• menggerakkan kelompok untuk berbuat
• mengorganisasikan tindakan kelompok
• mejiingkatkan mutu interaksi antar kelompok
Juga dalam membina keeratan kelompok. Suatu kelompok dalam kelas tercipta jika terdapat kepemimpinan yang didistribusikan pada semua anggota kelompok. Sehingga setiap anggota merasakan bahwa mereka mempunyai tanggung melaksanakan tugas kelompok dengan baik. Pengajar yang efektif dalam pengelolaan kelas proses kelompok ini adalah pengajar yang mampu menciptakan iklim di mana pembelajar mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan dengan baik yang berorientasi pada tujuan.
c) Kemenarikan berkaitan erat dengan pola keakraban dalam hubungan kelompok. Kemenarikan dapat juga diartikan sebagai tingat hubungan persahabatan di antara para anggota kelompok. Tingkat kemenarikan ini tergantung pada hubungan interpersonal yang positif. Berarti melalui hubungan interpersonal yang baik, positif di antara para anggota kelompok memungkinkan dalam pengelolaan kelas dapat dihindari tingkah laku yang menyimpang. Untuk itu usaha pengajar meningkatkan sikap menerima dari para anggota terhadap situasi dan perubahan ataupun hadirnya orang lain akan membantu efektivitas
pengelolaan kelas melalui proses kelompok.
d) Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, cara merasakan (menghayati), dan bagaimana bertingkah laku yang diakui bersama oleh anggota kelompok. Norma amat besar pengaruhnya dengan hubungan interpersonal, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang diharapkan dari orang lain. Norma kelompok yang efektif adalah yang menjamin prpduktivitas kelompok dan sebaliknya. Tugas pengajar dalam membantu kelompok adalah mengembangkan, menerima dan mempertahankan norma norma kelompok yang produktif. Norma kelompok akan membantu pembelajar untuk bertingkah laku. Norma tidak dapat dipaksakan. Tetapi norma yang produktif akan berkembang sedang norma yang sah produktif akan disingkirkan kelompok. Diskusi kelompok salah satu penerapan metode untuk memberikan norma yang produktif.
e) Komunikasi baik vertikal maupun non verbal merupakan dialog antar anggota kelompok.
Komunikasi melibatkan kemampuan individu untuk sdaling mengemukakan ide-ide dalam perasaan orang lain. Dengan komunikasi akan terjadilah interak,si antar anggota kelompok yang memungkinkan terjadinya proses kelompok yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif terjadi bahwa penerima mampu menafsirkan informasi secara benar atau melalui proses yang benar. Tugas pengajar adalah menumbuhkan interaksi dan komunikasi ganda yakni membukakan saluran komunikasi yang memungkinkan semua pelajar secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaan serta mau menrima pikiran dan perasaan yang dikumunikasikan oleh pengajar atau kepada pengajar. Untuk itu pengajar perlu mengem¬bangkan kemampuan khusus berkomunikasi.
f) Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok. Keeratan menekankan pada hubungan individu tehadap kelompok secara keseluruhan, bukan hubungan individu lain. Yang mendorong berkembangnya keeratan dalam kelompok adalah :
- adanya minat yang besar bertahap tugas-tugas kelompok.
- para anggota saling menyukai
- kelompok memberikan prestise tertentu kepada anggotanya.
Keeratan kelompok dapat tumbuh apabila kebutuhan individu danat terpenuhi dengan jalan menjadi anggota kelompok itu. Pengajar dapat mengeiola kelas secara efektif karena ia mampu menciptakan kelompok yang erat dan memiliki Donna yang terarah pada tujuan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implikaa dari pengelolaan kelas yang melalui proses kelompok harus berfungsi dan terarah pada tujuan dengan memperhatikan: a) pengajar mampu mengungkapkan harapan dalam hubungan interpersonal antar anggota/kelompok.
b) pengajar mampu mewujuSkan pengarah-pengarcin
c) pengajar memperlihatkan rasa kemenarikan dan empati dalam membantu pembelajar
(saling menerima. saling memberi, menyediakan kesempatan).
d) pengajar membantu pembelajar mengatasi konflik antara peraturan kelompok dengan
norma kelompok, juga dengan sikap-sikap individu.
e) pengajar mampu mewujudkan keterampilan berkomunikasi.
f) pengajar mampu meningkatkan keeratan hubungan antar anggota dalam kelompok terhadap
kelompok bukan untuk individu yang lain.
Sebagai pembanding anda pelajari jenis kegiatan pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Johnson dan Mary Bany, bahwa penglolaan kelas ditekankan adanya : ‘
a. Kemudahan (fasilitation), merupakan tingkah laku pengelolaan yang mengembangkan atau
mempermudah perkembangan kondisi-kondisi positif di kelas, antara lain meliputi:
(1) terbinanya kesatuan dan kerjasama
(2) mengembangkan aturan dan prosedur kerja
(3) menerapkan kondisi-kondisi positif
(4) menyesuaikan dengan pola tingkah laku kelompok.
b. Pertahanan, merupakan pola tingkah laku pengelolaan untuk memperbaiki dan memper-
tahankan kondisi yang efektif dalam kelas, antara lain:
(1 ) mempertahankan semangat
(2) mengatasi konflik
(3) mengurangi masalah pengelolaan yang bersifat kelompok
Melengkapi pendapat dari nilai-nilai tersebut Kounin mengemukakan tingkah laku yang penting dalam pengelaolaan kelas yang sukses yaitu kegiatan penghayatan, peliputan, gerak sesuai dengan target dan waktiu perhatian yang terpusat pada kelompok semua tingkah laku lebih menyangkut pembelajar sebagai kelompok kelas. Demikian efektivitas proses kelompok dalam pengelolaan kelas tergantung dari gerak dan dinamika kelompok.
B. Prosedur Pengelolaan Kelas
Apabila anda telah mempelajari uraian contoh pada setiap kegiatan utamanya pada kegiatan belajar 3 ini dapat anda memahami bahwa usaha pengelolaan kelas sebenarnya sukar dipisahkan pengertian dan prosedurnya. karena pengelolaan kelas berupa “pekerjaan” -yang harus dilahirkan dan acapkali muncul bahkan setiap pengajar mesti mengalami. Pelaksanaan suatu pekerjaan harus melalui prosedur sebagai tahap yang jelas.
Prosedur adalah langkah-langkah untuk melakukan suatu pekerjaan. Pengelolaan kelas merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakuikan oleh pengajar. Kegiatan-kegiatan mengelola kelas mengacu kepada tindakan yakni:
1) Tindakan preventif (pencegahan), tindakan ini berupa kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
2) Tindakan kuratif (penyembuhan), tindakan ini berupa kegiatan mengatasi atau memperbaiki kondisi karena terjadi tingkah laku pembelajar yang menyimpang baik secara individual maupun kelompok sehingga mengganggu dan menurunkan kondisi optimal dari proses belajar mengajar yang berlangsung. Dimensi tindakan kuratif dapat pula dibagi dalam dua aspek tindakan yakni:
• aspek tindakan yang segera diambil oleh pengajar kajena terjadi gangguan sewaktu waktu
• aspek tindakan terhadap tingkah laku yang telah terlanjur dalam beberapa lama berlangsung supaya tidak berlarut-larut. Prosedur pengelolaan kelas merupakan langkah langkah yang ditempuh untuk melakukan pekerjaan pengelolaan kelas dengan baik. Langkah-langkah yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan masalah mulai dari merencanakan sampai menyusun suatu langkah-langkah operasional. Tindakan pencegahan merupakan lerapi yang tepat sebelum munculnya tingkah laku yang nienyimpang dan mengganggu kondisi belajar mengajar. Langkah-langkah dalam tindakan pencegahan bersifat strategis ian mendasar. Adapun prosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan sebagai:

1. Peningkatan kesadaran diri sebagai “pengajar”
Peningkatan kesadaran diri sebagai pengejar inilah yang paling suategis dan mendasar karena mampu meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini untuk. menghilangkan sikap otoriter dan sikap permisif yang dipandanng kurang manusiawi dan kurang realistik.
2. Peningkatan kesadaran siswa
Peningkatan kesadaran pembelajar pada dirinya untuk menanggulangi sikap kemalasan, sikap menyerahkan tanggung jawab, kurang puas. Mudah kecewa, mudah tertekan oleh peraturan sekolah dan sebagainya. Oleh karena itu pembelajar perlu memahami hak dan kewajiban sebagai pembelajar dalam suatu kelompok, kelas aiau sekolah.
3. Sikap tulus hati, kejujuran dari pengajar
Sikap tulus hati, jujur, polos, terbuka adalah suatu modal untuk menciptakan kondisi yang optimal untuk membelajarkan pembelajar. Karena sikap pengajar inilah pembelajar menjadi semakin percaya dan merupakan stimulus yang positif
4. Mengenal masalah dan menemukan alternatif pendekatan pengelolaan kelas.
Seorang pengajar hendaknya mampu mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku pembelajar yang sifatnya individual maupun kelompok.
Tingkah luku yang menyimpang dari pembelajar kemungkinan disengaja. mungkin untuk menarik perhatian antara atau untuk merenksi negatif. Untuk itu pendekatan yang dimmakan dalam rnengatasi masalah penuelolaan kelas harus tepat pula
6. Membuat kontak sosila, yang berarti mampu menyusun peraturan. norma.
Nilai dan norma. Nilai dan norma terpadu datang dari pengajar dan pembelajar. Norma disusun -melalui kontak sosial yang baik dengan bentuk daftar aturan atau tata tertib serta sangsi yang mengatur kehidupan kelas. Kontak sosial ini merupakan standar tingkah laku individu maupun kelompok dalam kelas
Prosedur Pengelolaan kelas dimensi penyembuhan
1) Mengidentifikasi pembelajar yang mengalami kesulitan dalam kelas.
Hal ini dengan melihat latar belakang keadaan pembelajar. Dalam langkah ini termasuk identifikasi penyimpangan atau pelanggaran itu.
2) Membuat rencana yang diperkirakan (estimasi) paling tepat untuk menghadapi masalah penyimpangan atau pelanggaran tata tertib. Data dari langkah pertama sebagai dasar penyusunan rencana. Diupayakan rencana penanggulangan atau perbaikan setepatnya agar tidak menimbulkan reaksi negatif.
3) Menetapkan waktu pertemuan dengan pembelajar atas persetujuan bersama. Dalam langkah ini mengandung tiga pokok kegiatan : perlukan pertemuan ini diadakan, kapan ketetapan mengadakan pertemuan untuk mencari penyelesaian.
4) Mengemukakan tujuan pertemuan, manfaat yang diperoleh pembelajar dan sekolah. Maksud pertemuan dijelaskan agar pembelajar menyadari pentingnya pertemuan kelas. Manfaat pertemuan dijelaskan agar pembelajar dapat mengambil hikmahnya dalam tingkah laku dan hidupnya.
5) Kesadaran akan kekurangan pada manusia (pengajar-pembelajar). Pengajar bukanlah yang sempurna pembelajarpun demikian, yang penting bagi kita berusaha menghindari tingkah laku yang menyimpang. Kita menyadari kelemahan. Oleh karena itu tinggal bagaimana sikap kita menghadapi kelas dengan tingkah laku yang hetrogen sehingga akhirnya dari langkah ini pembelajar merasa terhimbau untuk ikut menciptakan kondisi yang optimal bagi proses belajar mengajar.
6) Pengajar berusaha membawa pembelajar kepada pokok masalah terhadap pelanggaran peraturan yang berlaku.
7) Pengajar mengupayakan pembelajar berdiskusi seca.ra aktif dan pembelajar lebih responsif.
8)Pertemuan pemecahan masalah sampai terjadi kontak individual dalam memperbaiki tingkah laku pembelajar.
9) Melakukan tindak lanjut dan pengawasan terhadap perubahan tingkah laku pembelajar untuk mendapatkan bahkan seperlunya.

Bila disederhanakan 4 langkah tersebut terdiri dari :
1) Langkah identmkasi masalah
2) Langkah analisa masalah
3) Langkah alternatif pemecahan, pelaksanaan dan penilaian pemecahan masalah.
4) Langkah balikan dari hasil alternatif pemecahan masalah.


3. Carilah cabang-cabang ilmu psikologi yang lain!

A. Pengertian Psikologi
Secara etimologis “Psikologi” berasal dari bahasa Yunani: Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam bahasa arab psikologi disebut dengan “Ilmu an Nafsi”. Yang belakangan kemudian dikembangkan menjadi satu ilmu bernama “Nafsiologi”. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan “Ilmu Jiwa”.
Secara terminologi (menurut istilah pengetahuannya) Psikologi adalah “Ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan jiwa, hakekatnya, asal usulnya, proses bekerjanya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Psikologi dapat diartikan pula dengan “Ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan jiwa, hakekatnya, asal usulnya, proses bekerjanya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Psikologi dapat diartikan pula dengan “Ilmu yang mempelajari prilaku manusia atau tingkah laku manusia”. Setelah Psikologi berkembang luas dan dituntut mempunyai ciri-ciri sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, maka “Jiwa” dipandang terlalu abstrak. Ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dan dicatat dan diukur. Dan ternyata perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat dan diukur. Meskipun demikian, arti perilaku ini diperluas tidak hanya mencakup perilaku “kasat mata” seperti : makan, membunuh, menangis dan lain-lain, tetapi juga mencakup perilaku “tidak kasat mata” seperti : fantasi, motivasi, contoh (mengapa membunuh?), atau proses yang terjadi pada waktu seseorang tidak bergerak (tidur) dan lain-lain.
“Prilaku” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati langsung.
2. Prilaku mengenal berbagai tingkatan. Ada prilaku sederhana dan Stereotip seperti prilaku binatang satu sel, ada juga prilaku yang kompleks seperti dalam prilaku sosial manusia. Ada prilaku yang sederhana seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental-fisiologis yang lebih tinggi.
3. Prilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah: Kognitif, afektif dan psikomotorik, masing-masing merujuk pada yang sifatnya rasional, emosional, dan gerakan-gerakan fisik dalam berprilaku.
4. Prilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita ternyata pada diri sendiri mengapa kita berprilaku seperti itu.

B. Hubungan Psikologi dengan Disiplin Ilmu Lain
Prilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh psikologi, tetapi juga oleh Antropologi, Kedokteran, Sosiologi, manajemen dan beberapa cabang Linguistik. Semua ini dikelompokan kedalam keluarga besar “Ilmu-Ilmu Prilaku” (Behavioral Sciences). Yang membedakan Psikologi dari ilmu-ilmu prilaku lain adalah : bahwa psikologi lebih menaruh perhatian pada prilaku manusia sebagai individu, sedang antropologi, sosiologi dan manajemen lebih pada prilaku manusia sebagai kelompok. Kedokteran memang menaruh perhatian pada prilaku individu, tetapi lebih menekan gejala-gejala fisik dan Psikologi lebih pada gejala-gejala mental.
Di pihak lain, Psikologi juga dipandang sebagai Ilmu Biososial karena baik aspek-aspek sosial perilaku organisme maupun aspek-aspek Fisiologis atau Biologis terjadinya prilaku mendapat perhatian yang sama besarnya.
Sejak awal perkembangannya Psikologi banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain. Telah diakui bahwa psikologi berinduk kepada Filsafat, khususnya filsafat mental. Namun dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu (Beta) seperti Fisika, Kimia dan Biologi memberikan andil yang cukup besar baik dalam aspek metodologi maupun topik-topik kajian. Sulit untuk merinci pengaruh tersebut satu persatu. Berikut ini sekedar gambaran umum dari pengaruh ilmu-ilmu lain serta cabang-cabang Psikologi yang lahir dari singgungan tersebut diatas.

Dibawah ini adalah pengaruh ilmu-ilmu lain terhadap Psikologi dan cabang-cabang yang ditimbulkannya :

ILMU-ILMU LAIN PSIKOLOGI

Fisika PsikoFisika

Kimia Neurokemis Perilaku

Biologi Psikologi

Matematika Psikologi Kuantitatif

Kedokteran Psikologi Klinis/Psikoterapi

Sosiologi Psikologi Sosial

Antropologi Psikologi Lintas Budaya

Pendagogi Psikologi Pendidikan/
Psikologi Sekolah/
Psikologi Intruksional

rosedur pengelolaan kelas dimensi pencegahan dan penyembuhan hendaknya para pengajar mampu melaksanakan dengan baik agar benar-benar kondisi tercipta dengan optimal untuk kelancaran proses belajar mengajar.


Tidak ada komentar: